Sering mendengar alasan putus atau alasan penolakan, "kamu terlalu baik buat aku." Ya kira-kira begitulah yang aku alami, saat ku bertanya apa kurangnya aku ketika dia memutuskanku, dijawabnya begini "tidak ada yg kurang, justru lebih, tapi tidak pas untukku." Akupun saat itu jatuh terpuruk, yang ada di pikiranku adalah aku mau melakukan apapun untuk dia, bahkan segala hal yang kuberikan selama ini itu ya untuk kebahagiaannya, tapi kenapa dia malah meninggalkanku.
Lama aku berpikir, sampai akhirnya aku menemukan jawaban. Bisa jadi orang yg mengatakan hal seperti itu adalah orang yang "jiper", dia merasa minder, takut tidak sanggup membalas semua kebaikan itu, sehingga kebaikan-kebaikan yang ia terima tidak membuatnya bahagia tapi justru menjadi beban tersendiri untuknya. Selain minder mungkin dia juga gengsi, malu ketika seorang perempuan bisa melakukan hal lebih.
Kalau dari sisi positifnya, harusnya orang gengsi/ jiper itu tadi berusaha, bagaimana caranya supaya ia tidak malu, tidak terbebani, yaitu dengan cara berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik supaya bisa mengimbangi.
Tapi anehnya, orang ini malah kabur, dia merasa tidak sanggup, merasa terbebani, maka ia memutuskan untuk pergi dan mencari orang yang lebih sepadan untuknya, yang sama atau bahkan mungkin dibawahnya.
Yang lucunya, padahal si orang yg memberi ini tidak pernah mengharapkan apa-apa, tidak mengharap balasan, ia melakukan semua hal itu tulus untuk kebahagiaan pasangannya, eh tapi pasangannya justru merasa minder dan akhirnya menjauh.
Dan hal itu tidak pernah dikomunikasikan, si pemberi merasa selama ini baik-baik saja, dia bahagia ketika bisa memberi sesuatu yang membuat pasangannya bahagia, tapi ternyata hal itu justru menjadi beban bagi pasangannya.
Sampai akhirnya disaat sang lelaki memutuskan hubungan, dia baru mengatakan bahwa dia selama ini merasa terbebani, dan posisinya saat itu dia sudah memilih wanita lain yang mungkin dia anggap lebih pas untuknya.
Hello, jadi disini aku dicampakkan karena aku terlalu baik? *inginberkatakasar
Ya mungkin tidak hanya karena terlalu baik, bisa juga karena dia minder, misal ketika belajar berenang, atau ketika berbelanja, atau pergi ke kawasan pecinan. Aku sendiri sangat menghargai dia, ga pernah sedetikpun aku punya maksud untuk meremehkan dia. Tapi justru dia yang merasa minder dengan dirinya sendiri ketika berjalan bersamaku.
Setelah putus darinya, aku pun sedikit demi sedikit berusaha menata hidupku kembali untuk dapat menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Dan akupun tersadar, setelah sebelumnya aku dicampakkan karena terlalu baik, bagimana jadinya jika hidupku jadi lebih baik. Hidup biasa seperti dulu saja sudah dianggap menjadi beban, apalagi jika lebih.
Ya salah dia donk, kenapa dia minder, padahal kamunya juga baik-baik aja menerima dia apa adanya. Sudah sudah, tidak ada yang perlu disalahkan, semua salah karena tidak mampu mengomunikasikan perasaan masing-masing. Yang penting sekarang, hidup dengan lebih baik, ga perlu takut dicampakkan karena terlalu baik lagi, karena sejatinya suatu hubungan yang baik itu ketika bisa membuat pribadi masing-masing saling berkembang. Kalau dia minder, jiper, tidak mau berkembang dan memilih hidup di zona nya, ya yasudah. Yang penting kamu harus terus berkembang menjadi lebih baik.
Ya begitulah, berhubung ini dalam masa prapaskah, mungkin kisah ini bisa dikatakan sedikit mirip dengan kisah Tuhan Yesus, bukan berarti aku menyamakan diri dengan Tuhan, engga lho ya.
Ketika Tuhan maha baik, ia memberikan apapun untuk anak-anaknya di dunia, ia mengasihi setiap orang, memberikan hidup setiap hari. Tapi manusia justru menjauhi Tuhan, manusia justru berbuat dosa. Bukannya membalas kebaikan Tuhan, atau berusaha memperbaiki diri supaya semakin layak di hadapan Tuhan, manusia justru pergi menjauh.
Mungkin manusia itu juga minder sama Tuhan, sudah berapa kali berbuat dosa tapi Tuhan tetep aja baik, tetep aja setiap hari masih diberi hidup, diberi kesehatan. Manusia minder, merasa tidak layak bagi Tuhan, dan dia justru menjauhi Tuhan.
Ya seperti tadi, kalau idealnya, positifnya ya harusnya justru memperbaiki diri supaya layak, tapi nyatanya ada yang justru malah menjauh. Aku gabisa hidup suci mengikuti Tuhan, biar aku hidup dalam dosa aja, ada juga yang justru malah berusaha menjatuhkan.
Ya begitulah, dicampakkan karena terlalu baik.
Untungnya kalau dalam kisah Tuhan Yesus, Tuhan sungguh-sungguh maha baik. Ketika manusia yang sudah dikasihinya justru berbalik menyerangNya dan menyalibkanNya, Dia tidak sakit hati. Dia justru menyerahkan nyawaNya pada Allah untuk menebus dosa manusia. Ia mau menyerahkan seluruh hidupnya pada kehendak Bapa di surga.
Ya Tuhan, bagaimanapun aku dicampakkan, bagimanapun aku disakiti, mampukan aku untuk selalu mengasihi seperti Engkau. Kuatkan hatiku, jauhkan dari rasa sakit hati dan dendam, biarlah aku fokus untuk berbuat kebaikan saja, untuk mengasihi, untuk mencintai, tanpa berharap untuk dicintai kembali.